Perjalananku kali ini bersama mereka bertiga menuju suatu tempat yang di kenal orang sebagai negeri di atas awan. Sebenarnya tempat ini bukan tempat yang asing lagi bagi kami karena tempat ini sudah seperti rumah kedua. Jika ada waktu libur atau senggang, biasanya kami main ke tempat ini. Namun kali ini terasa berbeda karena kami ingin mengikuti upacara bendera di atas bukit. Ya tentunya bukan hanya kami berempat saja.
Persiapan sudah kami lakukan jauh-jauh hari sebelumnya, termasuk untuk urusan sewa penginapan sudah aku pesan sekitar 1 bulan yang sebelumnya. Kami berangkat pagi hari supaya tidak terlalu panas sampai di sana. Maklum walaupun Dieng terkenal dingin karena berada di dataran tinggi namun jangan salah, daerah ini cuckup panas juga ketimbang di daerahku.
Sampai disana hari masing siang, namun keramaian tempatnya sudah menjalar kemana-mana. Berbagai tempat wisata dan penginapan sudah di serbu oleh para wisatawan. Kami berputar-putar dulu untuk mencari masjid, baru setelah itu kami pergi ke tempat penginapan yang sudah aku pesan.
Kebetulan yang punya penginapan adalah temanku dan juga teman kami bertiga jadi tidak ada rasa malu maupun sungkan untuk mengobrol dan meminta sesuatu terkait perlengkapan penginapan.
Sore harinya kami baru berwisata ke tempat-tempat baru yang belum begitu ramai. Maklum saja, bila musim libur tiba tempat ini sudah seperti pasar malam saja. Cuman sayangnya cuaca kurang bersahabat di bulan ini. Bagaimana tidak, suhunya diperkirakan sudah mendekati Nol Derajat. Bahkan ada yang bilang sudah berada di bawah Nol Derajat. Ini dibuktikan dengan munculnya bunga es yang menempel pada daun pohon kentang dan sayuran seperti kol, daun bawang, dan tomat. Aku teringat perkataan Om ku yang juga petani sayuran di salah satu dataran tinggi di jawa tengah yang mengatakan bahwa bunga es bisa merusak tanaman sayur. Pantas petani disini rada resah.
Pagi harinya sekitar jam 2 malam kami semua sudah bangun untuk siap-siap naik ke puncak bukit sikunir. Suara motor sudah mulai rame bergerombol jalan bersama-sama. Namun anehnya, kami malah asik menyiapkan makan pagi sampai yang punya penginapan terheran-heran. Sementara aku mandi pagi dulu dan membiarkan urusan makan biar mereka yang mempersiapkan. Jangan di bayangkan betapa dinginnya air disana. Badanku sampai menggigil tidak karuan karena kebetulan kran air hangatnya sedang rusak.
Setelah kami makan pagi dan persiapan beres, kamipun melanjutkan perjalanan menggapai puncak bukit sikunir. Aku yang sudah memakai 2 lapis jaket tebal, ternyata masih merasakan kedinginan ditambah efek dari mandi pagi tadi yang dinginnya menusuk tulang semakin membuat badanku tidak terasa enak. Padahal hanya tinggal sedikit lagi mencapai puncak, ternyata aku gagal. Langkahku harus terhenti di 20 meter sebelum puncak. Aku bilang ke mereka bertiga untuk melanjutkan perjalanan keatas, namun mereka menolak. Takutnya terjadi apa-apa padaku katanya. Akhirnya kami menikmati matahari terbit di tempat kami berhenti.
Sekitar jam setengah 7 pagi para pendaki yang sebelumnya berada diatas mulai turun beramai-ramai hingga jalan pun mereka harus antri dan berdesak-desakan. Ada yang terpeleset ada yang terjatuh, namun kebersamaan mereka semua aku acungi 2 jempol.
Muhamad Khafidh Amrullah
Dieng, 16-17 Agustus 2014
Catatan :
Tanggal dan Jam yg berada difoto tidak sesuai karena Camera error
Tanggal dan Jam yg berada difoto tidak sesuai karena Camera error
No comments:
Post a Comment
tulis komentar anda di sini